Jumat, 25 April 2014

Bantuan Militer KHILAFAH USTMANI untuk KERAJAAN ACEH DARUSSALAM


Sultan Aceh, Alauddin Ri’a-yat Syah al-Qahhar pernah me-minta bantuan militer kepada Turki, untuk mengusir Portugis di Malaka dengan mengirim Husain Effendi ke Istambul (1565). Seba-gaimana yang tertuang dalam arsip Utsmani yang ditemukan oleh Farooqi, Sultan Aceh ter-sebut mengakui penguasa Uts-mani sebagai khalifah Islam. Di samping itu, surat tersebut juga menceritakan tentang aktivitas militer Portugis yang menggang-gu para pedagang Muslim dan jamaah haji dalam perjalanan ke Makkah. Permohon tersebut sa-ngat wajar mengingat sampai awal abad ke-20 Kesultanan Usmaniyah Turki dipandang oleh Dunia Islam sebagai Pelindung ataupun Pengayom bagi negara-negara Islam di seluruh dunia (Salam, 1995: 18).

Sultan Salim II kemudian menginstruksikan sebuah Ang-katan Laut di bawah komando Laksamana Kourdoglu Hizir Reis dari Armada Utsmaniyah di ka-wasan Laut Merah untuk berlayar menuju Aceh pada tanggal 20 September 1567. Sekadar tam-bahan, pada masa itu Utsma-niyah Turki memiliki empat ke-kuatan Angkatan Laut yang terpencar. Mereka terdiri atas kekuatan Armada Angkatan Laut di Medditerranean, Laut Hitam, Laut merah, dan Stream Hest di Danube. Selain itu juga ada be-berapa angkatan laut di Teluk Basra. Sultan Salim II juga meme-rintahkan kepada beberapa ula-ma serta para ahli teknik untuk ikut serta berlayar dan tinggal di Sumatera sejauh Sultan Aceh masih memerlukan mereka. Turut dalam rombongan terse-but para ahli tambang, khusus-nya ahli besi dan baja, bronze, insinyur ahli kapal, dan boat, ahli persenjataan artileri, dan sejum-lah ahli militer. Kedatangan ekspedisi Turki di Aceh disambut dengan upacara kebesaran, dan kepada Laksamana Kourdoglu Hizir Reis dianugrahkan gelar Gubernur oleh Sultan Aceh. Lebih dari itu, Kekhilafahan Turki juga membangun Akademi Pendidikan Militer di Aceh de-ngan nama: Mahad Beitul Mukaddis. Akademi tersebut terdiri atas jurusan Laut dan Darat dengan instruktur yang berasal dari Turki. Laksamana Malahayati adalah salah seorang alumnus Akademi Militer terse-but (Salam, 1995:16-17).

Pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-36), khalifah juga pernah mengirim sepucuk surat kepadanya yang berisi kepu-tusan Khilafah Utsmaniyah ten-tang persahabatan dan hubung-an dengan Aceh. Selain itu ia juga mendapat bantuan sejumlah senjata, 12 pakar militer yang tidak hanya mampu membantu Sultan Iskandar Muda memba-ngun benteng tangguh di Banda Aceh, tetapi juga istana kesul-tanan (Maman: 2008).

Sejak menjadi bagian dari Khilafah Islam, masyarakat dan kesultanan Aceh telah menerap-kan syariat Islam sebagai pato-kan hidup mereka.