Bantuan Militer KHILAFAH USTMANI untuk KERAJAAN ACEH DARUSSALAM
Sultan Aceh, Alauddin Ri’a-yat Syah al-Qahhar pernah me-minta bantuan
militer kepada Turki, untuk mengusir Portugis di Malaka dengan mengirim
Husain Effendi ke Istambul (1565). Seba-gaimana yang tertuang dalam
arsip Utsmani yang ditemukan oleh Farooqi, Sultan Aceh ter-sebut
mengakui penguasa Uts-mani sebagai khalifah Islam. Di samping
itu, surat tersebut juga menceritakan tentang aktivitas militer
Portugis yang menggang-gu para pedagang Muslim dan jamaah haji dalam
perjalanan ke Makkah. Permohon tersebut sa-ngat wajar mengingat sampai
awal abad ke-20 Kesultanan Usmaniyah Turki dipandang oleh Dunia Islam
sebagai Pelindung ataupun Pengayom bagi negara-negara Islam di seluruh
dunia (Salam, 1995: 18).
Sultan Salim II kemudian
menginstruksikan sebuah Ang-katan Laut di bawah komando Laksamana
Kourdoglu Hizir Reis dari Armada Utsmaniyah di ka-wasan Laut Merah untuk
berlayar menuju Aceh pada tanggal 20 September 1567. Sekadar tam-bahan,
pada masa itu Utsma-niyah Turki memiliki empat ke-kuatan Angkatan Laut
yang terpencar. Mereka terdiri atas kekuatan Armada Angkatan Laut di
Medditerranean, Laut Hitam, Laut merah, dan Stream Hest di Danube.
Selain itu juga ada be-berapa angkatan laut di Teluk Basra. Sultan Salim
II juga meme-rintahkan kepada beberapa ula-ma serta para ahli teknik
untuk ikut serta berlayar dan tinggal di Sumatera sejauh Sultan Aceh
masih memerlukan mereka. Turut dalam rombongan terse-but para ahli
tambang, khusus-nya ahli besi dan baja, bronze, insinyur ahli kapal,
dan boat, ahli persenjataan artileri, dan sejum-lah ahli militer.
Kedatangan ekspedisi Turki di Aceh disambut dengan upacara kebesaran,
dan kepada Laksamana Kourdoglu Hizir Reis dianugrahkan gelar Gubernur
oleh Sultan Aceh. Lebih dari itu, Kekhilafahan Turki juga membangun
Akademi Pendidikan Militer di Aceh de-ngan nama: Mahad Beitul Mukaddis.
Akademi tersebut terdiri atas jurusan Laut dan Darat dengan instruktur
yang berasal dari Turki. Laksamana Malahayati adalah salah seorang
alumnus Akademi Militer terse-but (Salam, 1995:16-17).
Pada
masa Sultan Iskandar Muda (1607-36), khalifah juga pernah mengirim
sepucuk surat kepadanya yang berisi kepu-tusan Khilafah Utsmaniyah
ten-tang persahabatan dan hubung-an dengan Aceh. Selain itu ia juga
mendapat bantuan sejumlah senjata, 12 pakar militer yang tidak hanya
mampu membantu Sultan Iskandar Muda memba-ngun benteng tangguh di Banda
Aceh, tetapi juga istana kesul-tanan (Maman: 2008).
Sejak
menjadi bagian dari Khilafah Islam, masyarakat dan kesultanan Aceh telah
menerap-kan syariat Islam sebagai pato-kan hidup mereka.