Senin, 21 April 2014

Mengurai Tiga Simpul Besar (Uqdatul Qubro)

Seorang yang telah meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang harus disembah dan ditaati haruslah bisa memahami dan mengurai tiga simpul besar ini. Hal ini merupakan hal sangat penting, mengingat bahwa manusia adalah makhluk yang lemah dan serba terbatas sebagaimana penjelasan pada bab sebelumnya.
Ketiga simpul ini sangat mempengaruhi arah dan tujuan hidup manusia, dan manusia pun bertindak serta bertingkah laku berdasarkan kepada apa yang dipahaminya tentang tiga simpul besar ini. Apa saja yang termasuk kedalam tiga simpul besar ini? Pembahasan pada bab ini akan coba menjelaskannya.

1. Darimana Manusia Berasal?

Setidaknya ada tiga macam pemahaman yang dapat menjawab pertanyaan ini, pemahaman pertama menyebutkan bahwa manusia berasal dari materi. Pemahaman ini dicetuskan oleh seseorang yang bernama Charles Darwin. Ia mengatakan bahwa awal mula kejadian manusia adalah merupakan proses panjang dari sebuah evolusi materi. Ia mengatakan bahwa segala yang ada didunia ini berasal dari satu bentuk materi yang berevolusi hingga membentuk kehidupan sekarang ini.

Ia mengatakan hal tersebut dalam bukunya yang berjudul, “the origin of spicies”. Buku ini merupakan kontroversi besar pada zaman itu, sebab ia mengatakan bahwa asal-usul manusia adalah berasal dari kera yang berevolusi hingga menjadi manusia. Hingga sekarang pun paham ini masih banyak dipercaya dan digunakan oleh para pengagumnya.

Paham ini telah menjadikan manusia berada pada tingkat yang sangat rendah, dengan mengatakan bahwa manusia berasal dari kera, telah menjadikan tingkat pemikiran manusia pun tidak lebih pintar dari seekor kera. Sekalipun teori ini telah dibantah berulang kali oleh penemuan ilmiah zaman sekarang, namun tetap saja ada orang yang mengatakan bahwa manusia berasal dari kera.

Paham ini juga mengatakan bahwa asal-usul alam semesta merupakan hal yang terjadi secara kebetulan. Secara akal sehat pun sebenarnya paham ini sudah terbantahkan sebagaimana penjelasan pada bab sebelumnya. Paham inilah yang dinamakan dengan paham atheis atau komunis, paham ini menyatakan bahwa segala sesuatu merupakan hasil dari evolusi selama ratusan tahun. Bahwa segala sesuatu berasal dari satu materi yang kemudian berevolusi hingga menjadi seperti sekarang ini.

Ketika seseorang yang berpaham seperti ini menjawab darimana asal usul manusia, maka ia akan memahami bahwa dirinya berasal dari proses evolusi kera yang menjadi manusia. Dengan begitu ia pun akan menganggap bahwa ia hanya berasal dari satu materi yang kemudian akan kembali lagi kepada materi, tujuan hidupnya didunia ini hanya mencari kepuasan materi. Ia tidak memiliki tujuan apapun selain itu. Hal inilah yang kemudian menjadikan ia seorang yang berprinsip materi adalah segala-galanya dan dengan segala cara ia lakukan untuk mendapatkan materi. Sebab menurutnya tolok ukur segala sesuatu adalah materi.

Orang yang berprinsip seperti ini sesungguhnya telah mengalami kekeliruan dalam memahami hidup dan kehidupan. Dengan pemahamannya seperti itu, ia telah menafikan keberadaan akalnya untuk berpikir. Ia tidak menggunakan akalnya untuk berpikir tentang asal-usul kehidupan, ia hanya menggunakan akalnya untuk mencari kebahagian secara materi.

Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa ia tidak menggunakan akalnya secara benar untuk berpikir dan memahami tentang manusia, hidup dan alam semesta. Ia tidak mau berpikir tentang ketiga hal tersebut sebab ia hanya menganggap bahwa hidup hanyalah sekedar hidup dan tidak lebih dari itu.

Kemudian ada pula paham yang menganggap bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan, hanya saja ia tidak mau diatur oleh Tuhan. Sebab ia menganggap bahwa Tuhan tidak lebih dari sekedar Pencipta (Creator). Setelah itu, maka ia tidak lagi berkuasa atas apa yang diciptakannya.

Paham ini sebenarnya tidak berbeda jauh dengan paham sebelumnya yaitu atheis atau komunis. Hal yang membedakan paham ini hanya pada adanya Tuhan, jika pada paham komunis mengatakan bahwa Tuhan itu tidak ada, maka paham ini mengatakan Tuhan itu ada.

Walaupun pada hakikatnya, kedua paham ini menyatakan bahwa Tuhan itu sebenarnya tidak ada. Paham pertama mengatakan bahwa Tuhan tidak ada dalam eksistensi sekaligus kekuasaannya, sementara paham kedua mengatakan bahwa Tuhan ada dalam eksistensi namun mandul dalam kekuasaan.

Menurut paham ini, segala sesuatu berasal dari Tuhan, namun setelah Tuhan menciptakan segala sesuatu maka tugas Tuhan sudah selesai. Dia tidak memiliki kewenangan lagi setelah proses penciptaan, dan manusia diberikan kebebasan yang seluas-luasnya dalam bertindak dan bertingkah laku tanpa terikat peraturan apapun, bahkan manusia berhak untuk membuat aturan untuk mengatur kehidupan diri mereka sendiri.

Paham ini mengajarkan agar manusia itu mandiri dengan cara yang keliru, paham ini mengajarkan manusia untuk belajar mengatur segala sesuatunya berdasarkan keinginan dia sendiri. Paham ini pun pada hakikatnya merupakan peniadaan atas eksistensi Tuhan, dengan menjadikan dirinya sebagai penguasa bumi dan menafikan kekuasaan Tuhan. Tidak ada bedanya dengan paham sebelumnya.

Paham ini telah memisahkan antara kehidupan dan agama atau lebih dikenal dengan nama sekulerisme. Dengan kata lain paham ini pun merupakan paham yang tidak mau menggunakan akalnya untuk berpikir secara benar untuk memahami tentang manusia, hidup dan alam semesta. Sekalipun paham ini meyakini adanya Tuhan, namun pada hakikatnya paham ini tidak mengakui adanya Tuhan.

Paham ini pertama kali dicetuskan oleh seorang filsuf berkebangsaan Perancis yang bernama, Montesqieu. Sekalipun Montesqieu meyakini keberadaan Tuhan tapi ia menolak campur tangan Tuhan dalam kehidupan, ia justru menjadikan Tuhan hanya berada di dalam tempat-tempat ibadah dan tidak lebih dari itu.

Kedua paham tersebut merupakan paham yang salah dan dapat dikatakan sesat dan menyesatkan. Sebab kedua paham tersebut telah memandulkan Tuhan, baik dalam hal eksistensi maupun dalam kekuasaan-Nya.


Seorang manusia yang mau berpikir tentang manusia, hidup dan alam semesta secara benar tentu akan mendapatkan sebuah pamahaman yang jernih tentang ketiga hal tersebut. Ia pun akan mampu menjawab tentang asal-usul manusia dan segala sesuatunya dengan jawaban yang benar berdasarkan pemikiran yang sehat dan sesuai dengan fitrah manusia. Sehingga ia menjadi yakin bahwa hanya pemahaman dengan proses pemikiran yang benarlah ia dapat menjalani kehidupan tanpa rasa ragu dan pesimis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar